Jumat, 15 Oktober 2010

Karyawan Senang itu Penting

Seluruh biaya pengeluaran bagi karyawan dianggap sebagai investasi.
Raja Suhud PERSAINGAN bisnis di dunia asuransi dewasa ini makin sengit. Memiliki produk yang baik saja tidak cukup. Harus diimbangi dengan sumber daya manusia yang memadai terutama keandalan dari tenaga pemasar. Bahkan kini memiliki kedua hal itu saja masih belum cukup. Perusahaan asuransi juga harus memiliki jaringan distribusi yang ampuh untuk menembus calon nasabahnya.
Sebagai Country CEO AXA Indonesia, Randy Lianggara menyadari betul ketiga hal itu. Melalui empat lini bisnisnya yakni AXA Mandiri Financial Service, AXA Life Indonesia, AXA Financial Indo- nesia, dan AXA Asset Management Indonesia, Randy yang bulan ini genap tiga tahun memimpin AXA Indonesia terus berusaha mempertajam keunggulannya.
Di bidang sumber daya manusia, Randy memelopori berdirinya Bancassurance Academy maupun Agency Development Center. Dua kamp ini merupakan tempat berlatih bagi para calon tenaga pemasar produk asuransi dari AXA. Di kamp pelatihan itu para.calon tenaga pemasar yang direkrut dari berbagai daerah di Indonesia itu mendapatkan berbagai macam pelatihan. Dengan demikian, setelah lulus dari tempat pelatihan, para tenaga pemasar itu mampu menjual polis dengan benar sesuai kebutuhan nasabah.
Tapi jangan dikira semua yang masuk ke tempat pelatihan itu akan lulus semua, meskipun AXA telah cukup banyak merogoh koceknya untuk membiayai pelatihan mereka dari biaya transportasi, akomodasi, hingga makan dan
minum sehari-hari. "Kalau memang tidak berhasil memenuhi standar yang kami tetapkan, ya tidak akan kami luluskan," ujar Randy kepada Media Indonesia, di Jakarta, pekan lalu.
Tidak hanya para tenaga pemasar yang mendapat perhatian dari manajemen AXA. Seluruh karyawan di bawah AXA Indonesia mendapat perhatian yang sama besarnya.Randy mengatakan bahwa perhatian itu bisa diberikan dalam banyak bentuk. Misalnya saja pemberian ucapan selamat pada hari ulang tahun karyawan, pemberian beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi, hingga kesempatan bagi setiap karyawan memiliki saham perusahaan.
"Bahkan kami pernah memberikan hadiah dinner bagi karyawan merayakan ultah perkawinannya," ungkap bapak dari dua anak ini. Randy mengakui banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk men-service para karyawannya. Tapi hal itu bukan dianggap beban bagi perusahaan. Seluruh biaya pengeluaran bagi karyawan dianggap sebagai
investasi. Sebab menurutnya, para karyawan inilah yang bekerja untuk mendukung perusahaan mencapai target-targetnya.
Karyawan yang merasa senang akan bekerja dengan lebih baik. Mereka akan memperlakukan rekan kerjanya dengan baik sehingga teamwork berjalan. Pada akhirnya, nasabah pun akan merasa puas dengan layanan yang diberikan. "Jadi membuat karyawan happy itu penting," tegas Randy.
Hasilnya cukup memuaskan. Lima tahun lalu hasil survei menunjukkan tingkat kepuasan karyawan yang bekerja di
AXA hanya 16%." Tapi tahun lalu posisinya berubah menjadi 97%. Artinya semakin banyak karyawan yang puas bekerja di AXA," kata Randy bangga.
Kepuasan karyawan yang bekerja menjadi bagian dari grup AXA berbuah manis pada pencapaian premi perusahaan. Para agen ataupun tenaga pe-masarnya mampu menjual polis melebihi rata-rata industri. Penjualan asuransi melalui telemarketing, misalnya, bisa mencapai Rpl90juta perorang per bulan. Tenaga pemasar AXA yang ditempatkan di Bank Mandiri mampu menjual polis rata-rata senilai RplOO juta setiap bulannya. Karena
itu tidak mengherankan jika pundi-pundi lini usaha AXA terus bertambah.
AXA Financial terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir dari Rp289 miliar menjadi Rp625 miliar pada akhir 2008. Sementara itu AXA Life tumbuh dari Rp223 miliar menjadi Rp323 miliar. Adapun AXA Mandiri yang merupakan kontributor utama pendapatan premi AXA mencatat premi dari Rp882 miliar menjadi Rpl,9 triliun.
Untuk pencapaian 2009, Randy mengaku belum bisa memberikan data terakhir. Tapi yang pasti mencapai target pertumbuhan premi seperti yang telah ditetapkan di awal tahun. Prioritaskan lokal Sebagai CEO lpkal pertama dari anak perusahaan asuransi multinasional, pria yang konsisten memilih karier di bidang perasuransian selepas kuliah 18 tahun lalu itu membawa warna tersendiri bagi dunia asuransi di Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, tenaga kerja asal luar negeri (ekspatriat) tidak banyak dilibatkan. Seluruh direksi yang ada merupakan warga negara Indonesia (WNI). Bahkan direktur keuangan yang umumnya dipegang oleh ekspatriat, kini dijabat oleh orang Indonesia. Diakuinya, tidak mudah meyakinkan para pemegang saham AXA untuk memer-cayakan operasionalisasi perusahaan kepada tenaga lokal. Randy harus bolak-balik terbang ke kantor pusat AXA untuk menjelaskan hal itu.
"Dasar pemikiran saya sederhana, kita yang lebih mengerti kondisi yang ada di sini. Karena itu, seharusnya kitalah yang mendapat kepercayaan untuk mengerjakannya," terang Randy. Kegigihan Randy membuahkan hasil. Sejak tahun lalu, tidak ada lagi direksi di AXA yang merupakan warga negara asing. Bahkan untuk staf ahli maupun konsultan. Randy memilih menggunakan tenaga lokal ketimbang asing.
Kepercayaan itu dibayar kembali oleh Randy dengan memuaskan. Saat ini kinerja AXA di bawah kepemimpinan orang-orang lokal menjadi terbaik nomor dua setelah Hong Kong. Ini seakan menjadi jawaban dari argumentasi Randy bahwa orang lokal pasti lebih memahami pasar yang ada sehingga bisa memberikan hasil yang lebih baik.
Yang menjadi pemikiran Randy saat ini adalah bagaimana memperluas pasar asuransi jiwa yang sebenarnya sudah mulai jenuh di kelas menengah atas. Pasalnya, hampir semua perusahaan asuransi jiwa baik lokal maupun asing bertarung di kelas itu. Dengan demikian, harus ada pasar baru yang dibuka untuk mencegah kejenuhan pasar.
Pilihannya adalah pasar asuransi kelas menengah ke bawah. Namun untuk sukses menembus pasar itu, jumlah nasabah harus besar dan distribusi yang tepat sehingga biaya akuisisi menjadi ekonomis. Di tengah upaya mencari cara yang paling pas untuk masuk ke"pasar itu, AXA Financial berhasil mendapatkan partner yang tepat yakni Carrefour.
Dengan memanfaatkan ratusan ribu orang yang lalu lalang di gerai-gerai milik Carrefour setiap harinya, AXA berniat masuk ke pasar ritel. "Kalau ada istilah bancassurance untuk produk asuransi yang dipasarkan melalui bank, kini ada retailassurance untuk jalur distribusi memasarkan produk asuransi di jaringan ritel," ujar Randy bangga.
Sebagai tahap awal, AXA membidik 75 ribu pelanggan setia Carrefour untuk menjadi nasabahnya dengan cara memberikan perlindungan asuransi kecelakaan secara cuma-cuma. Nantinya, setelah pelanggan itu merasa puas dan merasa membutuhkan produk asuransi lainnya, barulah AXA masuk dengan produk-produk unggulan lainnya.
Randy berharap dengan berbagai macam inisiatif yang telah dikembangkan oleh AXA sebagai pelopor, pasar asuransi di Indonesia yang mulai mengalami kejenuhan mendapatkan energi baru untuk bertumbuh.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Sharing With Me. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block | Start My Salary
Designed by Santhosh